Fakta Hilirisasi Batu Bara Hasilkan Gas Baru Bisa Dipakai

Presiden Joko Widodo (Jokowi) groundbreaking proyek hilirisasi batu bara ke Dimetil Eter (DME) di Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan.

DME nantinya akan menggantikan peran LPG yang saat ini impornya terlalu besar. Tercatat, impor LPG capai Rp80 triliun dan pemerintah menggunakan Rp60 triliun sampai Rp70 triliun untuk subsidi LPG.
Berikut fakta-fakta hilirisasi batu bara hasilkan gas dengan flow meter lc baru sanggup dipakai untuk masak .

 

1. Apa Itu DME?

Mengutip laman Badan Litbang Kementerian ESDM, DME punya kemiripan dengan komponen LPG, yakni terdiri atas propan dan butana, sehingga DME sanggup diterapkan mirip seperti LPG.

DME berasal dari berbagai sumber, baik bahan bakar fosil maupun yang sanggup diperbaharui. Dalam hal ini, pemerintah berupaya pakai batu bara untuk dijadikan DME.

DME merupakan senyawa bening yang tidak berwarna, ramah lingkungan dan tidak beracun, tidak menyebabkan kerusakan ozon, tidak membuahkan particulate matter (PM) dan NOx, tidak memiliki kandungan sulfur, mempunyai nyala api biru, punya berat jenis 0,74 pada

DME pada suasana area yakni 250C dan 1 atm bersifat senyawa stabil bersifat uap dengan tekanan uap jemu sebesar 120 psig (8,16 atm). DME ini mempunyai kesetaraan daya dengan LPG berkisar 1,56-1,76 dengan nilai kalor DME sebesar 30,5 dan LPG 50,56 MJ/kg.

Pada mulanya DME digunakan sebagai sebagai solvent, aerosol propellant, dan refrigerant. Namun saat ini, DME udah banyak digunakan sebagai bahan bakar kendaraan, rumah tangga, dan genset.

 

2. Proyek Serap 30.000 Tenaga Kerja Baru

Proyek gasifikasi batu bara di Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan memberi efek besar pada lapangan kerja. Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia mengungkapkan, setidaknya ada 30 ribu lebih tenaga kerja yang terserap di proyek ini baik segera maupun tidak langsung.

“Pekerjaan ini membuahkan lapangan kerja bagi 12-13 ribu tenaga kerja konstruksi dari Air Products, 11-12 ribu tenaga kerja hilir oleh Pertamina,” ujarnya, dikutip dari tayangan video di YouTube Sekretariat Presiden.
Belum lagi, kalau udah beroperasi, akan ada 3.000 tenaga kerja segera yang terserap. “Kalau yang tidak segera seperti kontraktor dan lain-lain sanggup 3-4 kali lipatnya,” kata Bahlil.

3. Berpotensi Kurangi Konsumsi LPG

Jika beroperasi cocok rencana, product Dimetil Eter (DME) yang dihasilkan akan kurangi mengonsumsi LPG. Dengan begitu, subsidi LPG termasuk akan menciut.

“Impor LPG Ini 6-7 juta ton per tahun, subsidi kita memadai besar. Tiap 1 juta ton hilirisasi batu bara, Rp 6-7 triliun efisiensi subsidi,” mengetahui Bahlil.

 

4. Impor LPG Indonesia Capai Rp80 Triliun

Tak hanya kemandirian energi, alasan kuat dibalik dimulainya proyek ini adalah sebab Indonesia udah terlalu nyaman impor LPG. Padahal, Indonesia punya bahan baku yang sanggup diolah jadi gas serupa.

Jokowi menyebutkan, impor LPG Indonesia capai Rp80 triliun, belum ulang dengan subsidinya.

“Impor LPG kita ini gede banget, mungkin Rp80-an triliun dari kebutuhan Rp100-an triliun impornya. Itu pun perlu disubsidi untuk sampai ke masyarakat sebab harganya udah tinggi sekali, Rp60-70 triliun subsidinya,” ujar Jokowi.